Kamis, 31 Mei 2012

Kenapa Indonesia Rawan Bencana



Indonesia menjadi daerah rawan bencana karena beberapa alasan. Pertama karena faktor alam itu. Negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik itu. Akibatnya negeri ini berada di atas jalur gempa, patahan-patahan yang menyebabkan gempa. Negeri kita ini juga memiliki banyak gunung berapi. Jumlahnya sekitar 140 gunung yang aktif. Iklim kita yang tropis juga menyebabkan banyak tanah yang tidak stabil. Banyak tanah yang rusak.

Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi memudahkan terjadi pelapukan. Bencana alam seperti longsor, misalnya, itu karena curah hujan di sini cukup tinggi. Itu dari sisi alamnya.
Kedua dari sisi non alam. Negeri kita berpenduduk padat, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera. Kalau kawasan timur Indonesia mungkin belum begitu banyak. Infrakstuktur kita tidak didesain sesuai dengan kondisi alam itu. Bangunan rumah, juga bangunan besar seperti gedung, belum banyak disesuaikan dengan kondisi alam ini.

Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi.


Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan.

Gempa bumi terjadi diawali dengan akumulasi stress di sekitar batas lempeng, sehingga aktifitas gempa banyak disini. Walaupun konsentrasi akumulasi stress akibat tabrakan lempeng berada di sekitar batas lempeng, akibatnya bisa sampai jauh sampai beberapa ratus kilometer dari batas lempeng karena ada pelimpahan stress di kerak bumi, sehingga ada daerah aktif gempa di luar daerah pertemuan lempeng. Kasus sesar Sumatra umpamanya adalah sesar yang dibentuk oleh pelimpahan stress tabrakan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia dengan sudut tabrakan miring terhadap garis batas. Kemiringan ini menyebabkan timbulnya sesar Sumatra dimana konsentrasi akumulasi stress atau pusat-pusat gempa di daerah ini.

Beberapa sesar aktif yang terkenal di Indonesia adalah sesar Sumatra, sesar Cimandiri di Jawa barat, sesar Palu-Koro di Sulawesi, sesar naik Flores, sesar naik Wetar, dan sesar geser Sorong. Keaktifan masing-masing sesar ditandai dengan terjadinya gempa bumi. Gempa dangkal (kedalaman 0-50 km) yang terjadi pada periode 1900-1995 dengan skala Richter 5.5 atau lebih, membuktikan lokasi-lokasi daerah aktif gempa di Indonesia. Sebagian dari gempa tersebut menimbulkan
bencana, bergatung pada beberapa hal :
• Skala atau magnitude gempa
• Durasi dan kekuatan getaran
• Jarak sumber gempa terhadap perkotaan
• Kedalaman sumber gempa
• Kualitas tanah dan bangunan
• Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan pantai

Pakar gempa dari Universitas Andalas, Dr. Badrul Mustapa Kemal, menyatakan tiga daerah di Indonesia tidak rawan gempa yakni Kalimantan, Belitung, dan Kepulauan Riau."Beberapa daerah di Indonesia rawan gempa bumi, namun tiga daerah yang tidak rawan gempa bumi, yakni Kalimantan, Belitung dan Kepulauan Riau," katanya di Padang, Minggu.

Daerah yang rawan gempa bumi tsunami serta rawan letusan gunung api terjadi di sepanjang "ring of fire" mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Banda, hingga Maluku.
"Daerah rawan bencana gempa dan tsunami Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yang tingkat populasinya sangat padat, tetapi yang jelas kita harus tetap waspada akan terjadinya bencana ini," katanya.
Menurut dia, kondisi geologi Indonesia merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks dan rawan bencana.

Posisi Indonesia yang berada di pertemuan dua lempeng tektonik Australia dan Asia itu sangat rawan, karena lempeng-lempeng itu aktif dan dinamis, terus bergerak. Ia menyatakan lempeng Asia bergerak ke selatan/tenggara dan lempeng Australia bergerak ke barat laut. Indonesia berada di "sabuk" pertemuan itu.
"Indonesia dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur `The Pasicif Ring of Fire` (Cincin Api Pasifik) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia," katanya.
 

0 komentar on "Kenapa Indonesia Rawan Bencana"

Posting Komentar

Kenapa Indonesia Rawan Bencana


Indonesia menjadi daerah rawan bencana karena beberapa alasan. Pertama karena faktor alam itu. Negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik itu. Akibatnya negeri ini berada di atas jalur gempa, patahan-patahan yang menyebabkan gempa. Negeri kita ini juga memiliki banyak gunung berapi. Jumlahnya sekitar 140 gunung yang aktif. Iklim kita yang tropis juga menyebabkan banyak tanah yang tidak stabil. Banyak tanah yang rusak.

Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi memudahkan terjadi pelapukan. Bencana alam seperti longsor, misalnya, itu karena curah hujan di sini cukup tinggi. Itu dari sisi alamnya.
Kedua dari sisi non alam. Negeri kita berpenduduk padat, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera. Kalau kawasan timur Indonesia mungkin belum begitu banyak. Infrakstuktur kita tidak didesain sesuai dengan kondisi alam itu. Bangunan rumah, juga bangunan besar seperti gedung, belum banyak disesuaikan dengan kondisi alam ini.

Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi.


Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan.

Gempa bumi terjadi diawali dengan akumulasi stress di sekitar batas lempeng, sehingga aktifitas gempa banyak disini. Walaupun konsentrasi akumulasi stress akibat tabrakan lempeng berada di sekitar batas lempeng, akibatnya bisa sampai jauh sampai beberapa ratus kilometer dari batas lempeng karena ada pelimpahan stress di kerak bumi, sehingga ada daerah aktif gempa di luar daerah pertemuan lempeng. Kasus sesar Sumatra umpamanya adalah sesar yang dibentuk oleh pelimpahan stress tabrakan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia dengan sudut tabrakan miring terhadap garis batas. Kemiringan ini menyebabkan timbulnya sesar Sumatra dimana konsentrasi akumulasi stress atau pusat-pusat gempa di daerah ini.

Beberapa sesar aktif yang terkenal di Indonesia adalah sesar Sumatra, sesar Cimandiri di Jawa barat, sesar Palu-Koro di Sulawesi, sesar naik Flores, sesar naik Wetar, dan sesar geser Sorong. Keaktifan masing-masing sesar ditandai dengan terjadinya gempa bumi. Gempa dangkal (kedalaman 0-50 km) yang terjadi pada periode 1900-1995 dengan skala Richter 5.5 atau lebih, membuktikan lokasi-lokasi daerah aktif gempa di Indonesia. Sebagian dari gempa tersebut menimbulkan
bencana, bergatung pada beberapa hal :
• Skala atau magnitude gempa
• Durasi dan kekuatan getaran
• Jarak sumber gempa terhadap perkotaan
• Kedalaman sumber gempa
• Kualitas tanah dan bangunan
• Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan pantai

Pakar gempa dari Universitas Andalas, Dr. Badrul Mustapa Kemal, menyatakan tiga daerah di Indonesia tidak rawan gempa yakni Kalimantan, Belitung, dan Kepulauan Riau."Beberapa daerah di Indonesia rawan gempa bumi, namun tiga daerah yang tidak rawan gempa bumi, yakni Kalimantan, Belitung dan Kepulauan Riau," katanya di Padang, Minggu.

Daerah yang rawan gempa bumi tsunami serta rawan letusan gunung api terjadi di sepanjang "ring of fire" mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Banda, hingga Maluku.
"Daerah rawan bencana gempa dan tsunami Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yang tingkat populasinya sangat padat, tetapi yang jelas kita harus tetap waspada akan terjadinya bencana ini," katanya.
Menurut dia, kondisi geologi Indonesia merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks dan rawan bencana.

Posisi Indonesia yang berada di pertemuan dua lempeng tektonik Australia dan Asia itu sangat rawan, karena lempeng-lempeng itu aktif dan dinamis, terus bergerak. Ia menyatakan lempeng Asia bergerak ke selatan/tenggara dan lempeng Australia bergerak ke barat laut. Indonesia berada di "sabuk" pertemuan itu.
"Indonesia dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur `The Pasicif Ring of Fire` (Cincin Api Pasifik) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia," katanya.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Happy Apple

Followers

 

Yully Christiawaty Copyright 2008 Fashionholic Designed by Ipiet Templates Supported by Tadpole's Notez